Sunday, June 17, 2012

Mengembangkan Strategi Pembelajaran (Developing an Instructional Strategy) Bagian 5

By
Komponen Belajar untuk Strategi Pembelajaran Konstruktivisme 
Pendekatan belajar dalam presepektif konstrutivisme lebih menekankan pada, pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pebelajar (siswa). Dalam strategi konstruktivisme pembelajaran didesain dan dikelola sedemikian rupa, sehingga pembelajaran dapat menggali secara optimal potensi yang dimiliki oleh pebelajar (siswa). Dalam deskripsi lebih menekankan keterlibatan siswa dalam memberikan gambaran yang objektif yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Demikian juga dalam partisipasi siswa mempunyai porsi yang lebih besar dan umpan balik dapat dilakukan pada proses tersebut.

Beberapa strategi pembelajaran konstruktivisme adalah belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif generative learning, problem based learning. Ada beberapa prinsip konstruktivisme yang penting dicatat sebagai berikut:


  1. Pengetahuan dan keterampilan dibangun oleh siswa secara aktif. 
  2. Pusat aktivitas pembelajaran terletak pada siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran
  3. Tugas guru adalah membantu siswa belajar, guru adalah fasilitator


Dimensi-dimensi pembelajaran konstruktivisme 
1. Lingkungan Belajar yang Kompleks dan Tugas-tugas Otentik 
Siswa tidak boleh diberikan bagian-bagian yang terpisah, penyederhanaan masalah, dan pengulangan keterampilan dasar, tetapi sebaliknya: siswa dihadapakan pada lingkungan belajar yang kompleks, terlihat samar-samar, dan masalah yang tidak beraturan. Masalah-masalah yang kompleks itu harus dihubungkan pada aktivitas dan tugas yang otentik, karena keberagaman situasi yang siswa hadapi tersebut, seperti juga aplikasi yang mereka hadapi tentang dunia nyata.

2.  Negosiasi Sosial 
Tujuan utama pembelajaran adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun serta mempertahankan posisi mereka, dan disaat bersamaan menghormati posisi orang lain dan bekerjasama untuk berdiskusi atau membangun pengertian bersama-sama. Guna mnyelesaikan perpaduan ini, haruslah berbicara dan mendengarkan satu sama lain. Dengan kata lain, proses mental ini melalui negosiasi sosial dan interaksi, sehingga kolaborasi dalam pembelajaran dapat dimungkinkan, yakni melahirkan sebuah sikap intersubyektif – sebuah komitmen untuk membangun keragaman pengertian dan menemukan kesamaan umum serta perpaduan penafsiran 

3.  Keragaman Pandangan dan Representasi Bahasan 
Acuan-acuan untuk pembelajaran harus sudah dapat memfasilitasi representasi beragam bahasan dengan menggunakan analogi contoh dan metafora yang berbeda. Peninjauan materi yang sama, pada waktu yang berbeda-beda dalam penyusunan kembali konteks untuk tujuan yang berbeda, dan dari pandangan konseptual yang berbeda adalah penting untuk mencapai tujuan kemampuan pengetahuan yang lebih maju.

4. Proses Konstruksi Pengetahuan 
Pendekatan konstruktivisme mengedepankan untuk membuat siswa peduli pada peran mereka dalam membangun pengetahuan. Asumsinya adalah keyakinan dan pengalaman individu, membentuk apa yang dikenal sebagai dunia. Asumsi dan pengalaman berbeda, mengarahkan kepada pengetahuan yang berbeda pula. Apabila siswa peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang membentuk pola pikir mereka, maka mereka akan lebih mampu untuk memilih, mengembangkan, dan memanfaatkan posisi dengan cara introspeksi diri, pada saat yang bersamaan menghormati posisi orang lain.

5.  Pembelajaran Siswa Terhadap Kesadaran Dalam Belajar 
Fokus dalam proses ini adalah menempatkan berbagai usaha siswa untuk memahami pembentukan pembelajaran dalam pendidikan. Kesadaran yang timbul pada diri siswa, bukan berarti guru melonggarkan tanggungjawabnya untuk memberikan pengarahan atau bimbingan.

Pengelompokan Siswa 
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelompokan siswa harus memperhatikan lingkungan kinerja dalam komponen pembelajaran yang sedang direncanakan. Pengelompokan siswa dapat menghambat belajar individu, tetapi pada saat yang sama mereka dapat memotivasi siswa dan membuat mereka tertarik.

Pemilihan Media dan Sistem Pengiriman 
Menurut Gagne (1988), pemilihan sistem pengiriman menunjukkan preferensi umum untuk menekankan instrumen tertentu untuk menyelesaikan peristiwa instruksional. Sistem pengiriman keseluruhan mencakup semua yang diperlukan untuk memungkinkan sistem pembelajaran tertentu untuk beroperasi seperti yang dimaksudkan dan di mana yang dimaksudkan. Beberapa contoh sistem pengiriman meliputi:
  1. Kelas pengiriman
  2. Kuliah
  3. Korespondensi 
  4. Kaset Video
  5. Konferensi video
  6. Berbasis komputer 
  7. Web-based 

Media merupakan elemen fisik dalam lingkungan belajar dengan pembelajar yang berinteraksi untuk belajar sesuatu. Pemilihan media dilakukan sebagai bagian dari strategi instruksional. Misalnya, dalam program jarak-disampaikan seperti ini, keputusan itu dibuat di awal untuk menggunakan sistem pengiriman berbasis web.
Pemilihan sistem pengiriman umumnya dibuat di lapangan atau tingkat kurikulum. Media pembelajaran yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyediakan berbagai acara pengajaran. Misalnya, guru yang besar untuk memberikan bimbingan belajar dan umpan balik, namun rekaman video dapat digunakan secara efektif untuk menyajikan situasi stimulus yang akan sulit bagi guru untuk menyajikan dengan cara lain (misalnya, tur Alaska).  

Dick dan Carey membahas isu-isu yang perlu dipertimbangkan ketika memilih media: 
1. Media Seleksi untuk Domain Pembelajaran
Dengan keterampilan intelektual umpan balik elaborative lebih penting, sehingga beberapa bentuk media interaktif akan menjadi pilihan yang lebih baik. Contohnya termasuk umpan balik instruktur langsung, tutor, atau komputer interaktif. Dalam hal ini media visual, seperti televisi atau video, dapat digunakan. 

2. Pertimbangan Lain di Media Memilih 
Ketika  menggunakan media harus memastikan bahwa media yang kita pilih akan tersedia di lingkungan belajar. Pastikan bahwa peserta didik akan dapat mengakses materi dalam media yang kita pilih. Ketika memilih suatu media tertentu untuk menyajikan informasi, harus memastikan bahwa kita mampu untuk memproduksi bahan untuk medium itu.
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment