Saturday, July 21, 2012

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

By
Organisasional Citizenship Behavior (OCB) merupakan kontribusi individu yang melebihi tuntuntan peran di tempat kerja  dan di-reward oleh perolehan kinerja tugas. OCB ini melibatkan perilaku meliputi perilaku menolonh orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan dan prosedur-prosedur di tempat kerja. Perilaku ini menunjukan adanya nilai lebih dari karyawan.

Organ (1988) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang bebas dan tidak berkaitan langsung terhadap system reward dan bisa meningkatkan fungsi afaktif organisasi. Menurut Organ (1990), organisasional citizenship behavior terdiri dari lima dimensi kunci: altruism, civic virtue, conscientiousness, courtesy, and sportsmanship. Beberapa peneliti telah mengemukakan variasi-variasi dari kerangka kerja ini, akan tetapi lima hal ini adalah dimensi yang paling umum dipakai dalam literatur bisnis (Organ & Ryan, 1995).


Dimensi dimensi Organisasional Citizenship Behavior
1.    Altruism (Kepedulian)
Didefinisikan sebagai mengambil alih “tindakan sukarela yang membantu orang lain dengan masalah yang yang terkait dengan pekerjaan” (Podsakoff & MacKenzie, 1994, p. 351). Hal ini mengacu pada mengambil waktu dari jadwal pribadi sesorang dan untuk memberikan pertolongan kepada seseorang yang membutuhkan. Altruism diantara karyawan dapat berupa membantu karyawan lain yang pekerjaannya overload.

2.    Civic virtue
Mengkarakteristikkan seseorang yang “berpartisipasi dalam dan peduli akan kehidupan perusahaan”. (Podsakoff & MacKenzie, 1994, p. 351). Komitmen antusias terhadap organisasi ini meliputi menghadiri pertemuan atau peran yang sebenarnya merupakan pilihan atau sukarela, mencari cara untuk meningkatkan cara perusahaan beroperasi, atau mengawasi lingkungan perusahaan untuk kesempatan atau ancaman.

3.    Conscientiousness (Kesadaran)
Mengacu pada menempatkan prioritas pada “kehadiran, penggunaan waktu kerja, dan dukungan terhadap berbagai macam peraturan yang melampaui setiap standar minimum yang ditetapkan” (Organ, 1990, hal. 47). Seseorang yang sadar akan tanggung jawabnya secara sukarela mengambil tanggung jawab ekstra, tepat waktu, menempatkan kepentingan pada keterperincian dan kualitas tugas, dan secara umum mengerjakan “diatas dan jauh melebihi” panggilan tugas. Karyawan yang sadar akan tanggung jawabnya dapat tiba lebih awal, sehingga siap bekerja pada saat jadwal kerja dimulai.

4.    Courtesy (sopan santun)
Meliputi keterlibatan dalam “tindakan yang mencegah terjadinya masalah-masalah yang terkait dengan pekerjaan dan yang lainnya” (Podsakoff & MacKenzie, 1994, p. 351), menampilkan bahasa tubuh yang dipertimbangkan atau berhati-hati terhadap orang lain, atau “memeriksa”, atau “mengenali” orang lain sebelum mengambil tindakan yang akan mempengaruhi kerja mereka” (Organ, 1990, p. 47). Tindakan sopan dapat termasuk berkomunikasi secara teratur dengan rekan-rekan kerja sehingga mereka tidak terkejut ketika peristiwa-peristiwa gagal membuka jalan yang mereka harapkan.
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment