Sunday, December 30, 2012

Store Environment dan Store Planning

By
Store environment merupakan unsur penting dalam retailing mengingat bahwa 70% dari pembelian ternyata merupakan impulse buying atau pembelian yang tidak direncanakan (Dunne dan Lusch, 2005: 457). Melalui elemen-elemen yang ada di dalam store environment, retailer dapat menciptakan stimuli-stimuli yang akan memicu atau menggerakkan pelanggan untuk membeli lebih banyak barang di luar yang mereka rencanakan. Store environment yang dirancang dengan baik dan sesuai dengan target market yang ditetapkan akan dapat menciptakan emosi-emosi atau suasana hati yang kondusif untuk berbelanja. Teori mengenai store environment dan elemen-elemen di dalamnya yang akan digunakan dalam penelitian ini khususnya mengacu pada teori oleh Dunne dan Lusch (2005).

Tidaklah mungkin sebuah toko tidak dibagi-bagi menjadi beberapa kategori atau departemen kecuali toko tersebut hanya mempunyai spesialisasi untuk satu macam produk saja, misalnya toko lilin. Sebagai gambaran, buku akan ditemukan diantara sabun, atau CD dicampur dengan sabun, dan pelanggan tidak tahu harus berbelanja mulai dari mana. Hal yang serupa, tanpa adanya tandatanda, sebuah toko akan hanya seperti lautan rak dan barang-barang dan akan menyulitkan pelanggan untuk berbelanja. Tidak kalah pentingnya yaitu visual display dan focal points, dimana barang-barang tertentu ditempatkan di daerah yang strategis untuk menarik perhatian pelanggan.

Sebuah toko retail harus dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang dapat membantu dan mengarahkan pelanggan dengan mudah untuk menjelajahi seluruh toko. Sekali saja seorang pelanggan sedikit bingung tentang dimana mereka berada, kemana mereka harus pergi, berapa harga barang-barang, atau dimana letak suatu barang, mereka akan merasa frustasi dan apabila kejadian tersebut terulang-ulang maka pelanggan akan menarik kesimpulan bahwa toko tersebut bukan tempat yang mudah dan nyaman untuk berbelanja. Maka dari itulah diperlukan store planning yang baik untuk menciptakan store environment yang nyaman untuk berbelanja.

Dalam retailing, istilah store planning atau bisa juga disebut floor plan adalah sebuat skematis yang menunjukkan dimana barang-barang dan pusat pelayanan berada, bagaimana sirkulasi pelanggan di dalam toko dan seberapa banyak ruang yang dialokasikan untuk tiap-tiap departemen.
Floor plan is a schematic that shows where merchandise and customer service department are located, how customers circulate through the store, and how much space is dedicated to each department “ (Dunne dan Lusch, 2005: 456).
Retailer yang sukses selalu menempatkan barang-barang mereka di tempat yang strategis. Sebagai contoh, sirup cokelat diletakkan di dekat ice cream atau selai di dekat mentega. Aturan sederhana lainnya dalam menempatkan barang dengan memperhatikan usia pelanggan. Contohnya, tidak meletakkan mainan anak di rak paling atas yang tidak dapat dijangkau oleh anak kecil, tidak meletakkan krim untuk gigi palsu di rak paling bawah dimana orang-orang tua akan kesulitan untuk membungkuk.

Yang hampir sama pentingnya dengan menempatkan barang-barang di tempat yang tepat adalah mengurangi stack-out yaitu barang-barang yang dipajang dilantai didepan rak utama. Karena berdasarkan penelitian, meskipun memajang banyak barang di depan rak utama dapat meningkatkan penjualan untuk barang tertentu, tetapi di lain pihak malah akan mengurangi tingkat penjualan keseluruhan. Hal ini dikarenakan apabila seorang pelanggan tidak memiliki kebutuhan akan barang tersebut, maka mereka akan melewati aisle tersebut. Mengingat bahwa 70% pembelian adalah impulse atau tidak direncanakan (Dunne dan Lusch, 2005: 457), maka retailer akan mengalami penurunan penjualan karena pelanggan telah melewatkan beberapa aisle. Ada tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam merancang sebuah floor plan yaitu mengalokasikan ruang, mengatur sirkulasi dan mengurangi penyusutan.
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment