Sunday, January 27, 2013

Mengembangkan Instrumen Penilaian (Developing Assessment Instruments)

By
Pendahuluan
Konsep baru dalam penilaian yang berpusat pada siswa (learner centered assessment) telah masuk dalam pembelajaran untuk siswa. Penilaian yang berpusat pada siswa (learner centered assessment) merupakan bagian dari fungsi pembelajaran, di mana siswa sendiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan yang dimilikinya.

Definisi penilaian yang berpusat pada siswa sama dengan tes acuan patokan (criterion-referenced-testing), yang merupakan sebuah elemen pusat dari sistematika desain pembelajaran. Penilaian acuan patokan (criterion-referenced-assessment) sangat penting untuk mengevaluasi antara kemajuan siswa dengan kualitas pembelajaran. Hasil dari penilaian acuan patokan adalah mengidentifikasi sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian acuan patokan terdiri dari item atau indikator yang langsung mengukur kemampuan siswa yang digambarkan dalam satu atau lebih indikator.

Pembahasan
1. Empat Tipe dan Penggunaan Tes Penilaian Acuan Patokan
Terdapat empat tipe tes yang menjadi basis bagi guru atau yang mendesain pembelajaran, yaitu:
a. Tes Kemampuan awal
Tes acuan patokan yang digunakan untuk tes kemampuan awal siswa adalah untuk mengetahui seberapa siap siswa sebelum memulai pembelajaran.

b. Pretes
Tes ini dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai beberapa atau semua keterampilan yang akan diajarkan. Tujuannya adalah untuk efisiensi. Jika semua keterampilan sudah dikuasai maka tidak perlu ada pembelajaran. Namun jika hanya sebagian materi yang sudah dikuasai maka data tes ini memungkinkan desainer untuk lebih efisien. Mungkin hanya review atau pengingat yang dibutuhkan. Biasanya pretes dan tes perilaku masukkan dijadikan satu. Hasil dari tes perilaku masukkan dapat digunakan desainer untuk mengetahui apakah pembelajar siap memulai pembelajaran, sedangkan dari hasil pretes desainer dapat memutuskan apakah pembelajaran akan menjadi terlalu mudah untuk pembelajar.

c. Tes Praktek
Tujuan tes ini adalah untuk membuat siswa lebih aktif berpartisipasi selama pembelajaran. Tes ini memungkinkan pembelajar untuk menampilkan pengetahuan dan keterampilan baru dan untuk refleksi diri sampai level beberapa keterampilan dan pengetahuan mereka. Tes ini berisi keterampilan yang lebih sedikit dan lebih fokus pada materi per pertemuan dari pada per unit. Hasil tes ini digunakan instruktur untuk memberikan feedback dan untuk memonitor pembelajaran.

d. Postes
Tes ini paralel dengan pretes. Postes harus menilai semua obyektif dan terutama fokus pada obyektif terakhir. Namun jika waktu tidak memungkinkan, maka hanya tujuan akhir dan keterampilan penting saja yang diujikan. Postes digunakan untuk menilai performance siswa untuk memberi kredit karena telah menyelesaikan program.
Tujuan yang terutama dari tes adalah agar desainer dapat mengidentifikasi area pembelajaran yang tidak bisa dilakukan dengan baik. Jika pembelajar gagal dalam tes, desainer harus dapat mengidentifikasi dalam proses pembelajaran yang mana yang tidak dimengerti oleh siswa.

2. Mendesain Tes
Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup mulai yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sesuai dengan jenjang pendidikan. Namun sebaiknya juga harus memperhatikan kerakteristik mata pelajaran.

Bentuk tes yang dapat digunakan adalah tes obyektif dan tes non-obyektif. Tes obyektif adalah tes yang sistem penskorannya obyektif, sedang tes non-obyektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subyektifitas pemberi skor. Ada beberapa bentuk soal yang dapat digunakan dalam tes, yaitu pilihan ganda, uraian, obyektif, uraian non-obyektif, jawaban singkat, menjodohkan, performans, dan portofolio.

3. Menentukan Tingkat Ketuntasan
Untuk masing-masing indikator harus dituliskan tingkat spesifik kriteria yang menunjukkan siswa telah mencapai suatu kompetensi tertentu berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Intisari dari tingkat ketuntasan menunjukkan penguasaan siswa terhadap kompetensi. Tingkat ketuntasan selalu diaplikasikan dalam tes untuk memasuki unit dari pembelajaran.

Tingkat ketuntasan dalam pembelajaran senantiasa didasarkan pada hasil diagnosis terhadap faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan siswa maupun keberhasilan siswa. Tingkat ketuntasan dalam pembelajaran menganut pendekatan individu, artinya kegiatan belajar memperhatikan juga perbedaan-perbedaan masing-masing dari siswa sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan potensinya dan pembelajaran pun dapat menjadi lebih optimal.

Kriteria Soal Tes
Terdapat empat  kategori yang digunakan untuk mengkreasikan dari soal tes dan penilaian tugas. Kategori tersebut adalah:
a. Kriteria berpusat pada tujuan (Goal-Centered Criteria)
Soal tes dan tugas harus sama dengan tujuan indikator, harus cocok dengan sikap, termasuk konsep dan aksi. Sebagai contoh, siswa harus dapat menjodohkan deskripsi dari konsep dengan tabel yang telah ditentukan.

b. Kriteria berpusat pada siswa (Learner-Centered Criteria)
Soal tes dan tugas harus dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Kriteria dalam area ini adalah mempertimbangkan seperti tingkat perbendaharaan kata dan bahasa siswa, tingkat motivasi dan minat, pengalaman dan latar belakang, dan kebutuhan khusus. Diharapkan dengan adanya tingkatan tersebut siswa menjawab pertanyaan dengan tepat. Pertimbangan lain yang diperlihatkan adalah pengalaman dan latar belakanga siswa. Peserta didik tidak harus diminta untuk menunjukkan kinerja yang diinginkan dalam kontek asing atau pengaturan. Contoh, jenis pertanyaan, dan format respon juga harus akrab bagi peserta didik, dan item harus bebas dari setiap jenis kelamin, ras, atau bias budaya.

c. Kriteria berpusat pada kontek (Context-Centered Criteria)
Saat menulis soal tes harus mempertimbangkan baik kontek kinerja dan lingkungan belajar atau lingkungan kelas. Soal tes dan tugas harus realistis atau relevan dengan kontek kinerja. Kriteria ini akan membantu memastikan transfer pengetahuan dan keterampilan dari lingkungan belajar dengan lingkungan kinerja. Hal ini juga penting untuk memastikan lingkungan belajar berisi semua alat yang diperlukan untuk cukup mensimulasikan lingkungan kinerja.

d. Kriteria berpusat pada penilaian (Assessment-Centered Criteria) 
Penilaian yang dilakuklan oleh guru terhadap siswa dapat dijadikan inoformasi mengenai kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Guru harus meluangkan lebih banyak waktu untuk mengkonstruk suatu simulasi soal yang baik. Soal tes harus ditulis dengan baik dan bebas dari ejaan, tata bahasa, dan kesalahan tanda baca. Arah harus secara jelas ditulis untuk menghindari kebingungan pada siswa. Ini juga penting untuk menghindari menulis pernyataan sulit yang membingungkan siswa. Tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa mulai dari yang mudah ke tingkatan yang lebih sulit. 

Terdapat beberapa saran yang dapat membantu guru dalam menentukan beberapa banyak soal tes pilihan yang diperlukan. Jika soal tes memerlukan sebuah format respon yang memungkinkan bahwa dapat menebak jawaban dengan benar guru dapat memasukkan beberapa tes item paralel untuk tujuan yang sama jika kemungkinan menebak jawaban yang benar kecil kemungkinan, guru dapat memutuskan suatu atau dua soal untuk menentukan kemampuan siswa.
Makalah ini belum lengkap, apabila anda ingin mendapatkan makalah "Mengembangkan Instrumen Penilaian (Developing Assessment Instruments)" ini secara lengkap silakan kirim permintaan ke iro.maruto@gmail.com (FREE!!)
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment